Memulai kiprah di Bea Cukai sejak lulus dari SMA 5 Surabaya, Tjertja, sapaan akrabnya, mantap memilih Program Diploma Tiga Keuangan Spesialisasi Bea dan Cukai. Sejak muda, beliau sudah bisa menilai kelebihan dan kekurangan dirinya. Dengan kekuatan fisik yang dimiliki, beliau yakin akan berhasil dengan pilihannya terjun ke Bea Cukai. Hal ini beliau buktikan dengan berhasil merampungkan studi pada tahun 1992.
Selepas studi, Tjertja pernah ditempatkan di Kantor Pusat DJBC selama 8 bulan sebelum akhirnya jalan hidup membawanya hijrah ke Pontianak, Kalimantan Barat. Untuk pertama kali dalam hidupnya Tjertja menginjakkan kaki di Tanah Borneo. Selama 26 tahun bertugas, telah banyak Kantor Bea Cukai yang beliau singgahi. Beliau pernah bertugas di Banten, Kediri, Bontang, Tanjung Perak, dan kantor lain di penjuru Indonesia. Dari setiap penugasan, tersimpan sejuta kenangan dan kebanggaan yang mustahil beliau lupakan.
Dari jutaan kenangan itu, kepemimpinannya di Kantor Bea Cukai Entikong merupakan pengalaman yang paling mengesankan. Entikong merupakan kota perbatasan Indonesia dengan Malaysia tepatnya Kota Sarawak. Tantangan yang luar biasa harus beliau hadapi ketika bertugas. Tak hanya tantangan mental, namun juga tantangan fisik. Kebutuhan hidup warga Entikong tinggi, tapi ketersediaan barang terbatas yang mengharuskan mereka untuk melintas ke Negara tetangga untuk memenuhi kebutuhannya. Namun sayangnya, para pelintas batas terbiasa tidak taat aturan. Tak jarang para pegawai Bea Cukai Entikong harus perang fisik dengan mereka.
Tak patah arang, Tjertja punya strategi khusus untuk menghadapi tantangan ini. Beliau melatih fisik dan mental seluruh pegawai Bea Cukai Entikong melalui karate. Bahkan beliau terjun langsung sebagai pelatihnya. Entikong from Zero to Hero, dua tahun bertugas di sana, beliau telah mendapatkan penghargaan dari World Customs Organization (WCO). Bahkan dengan loncatan-loncatan perbaikan tersebut, beliau juga mendapatkan penghargaan kenaikan pangkat luar biasa baik dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan adanya aplikasi SISKA (Sistem Informasi Kartu Lintas Batas).
Torehan prestasinya tak berhenti di situ. Dari tanah Borneo, beliau kembali ke tanah kelahirannya, Jawa. Pada 5 April 2017 beliau dipindahtugaskan ke Jawa Tengah, tepatnya di KPPBC Tipe Madya Pabean Tanjung Emas. Tantangannya tak kalah berat dari saat bertugas di Entikong. Namun kali ini tak ada lagi perang fisik, namun lebih ke perang mental. Beliau memimpin Kantor Bea Cukai Tanjung Emas dengan membangun mindset pegawai menjadi mental pejuang.
Strateginya membangun Bea Cukai Tanjung Emas dengan Sistemik. Siapapun kepala kantornya, Tanjung Emas akan selalu menjadi Emas. Tidak hanya membangun internal, beliau juga membangun sinergi dengan eksternal, terutama Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan saudara dekat di Kementerian Keuangan dan pastinya memiliki tugas dan fungsi yang sangat berkaitan dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan cara menjaga komunikasi yang baik.
Dengan kehadirannya, Tjertja berharap Bea Cukai Tanjung Emas memiliki wajah baru dan semangat baru.
“Bea Cukai Tanjung Emas, jadilah emas yang sebenarnya “.